Saturday, November 12, 2011

Dari masa “al-Fiqh al-Akbar” sampai masa ilmu “an-Nadzor wa al-Istidlal”

Sebagai mahasiswa di sebuah universitas islam kita banyak mengetahui tentang ilmu kalam. Dari segi pengertiannya, tujuan mendalami ilmu tersebut, sejarah perkembangannya dari masa "al-Fiqh al-Akbar" sampai masa "ilmu an-Nadzor wa al-Istidlal", sampai dengan masalah-masalah yang ditimbulkan olehnya dari ilmu kalam mamduh dan ilmu kalam madzmum yang sama sekali tidak bisa bebas dari kontroversi atau sikap-sikap pro dan kontra, baik mengenai isinya, metodologinya, maupun klaim-klaimnya. Karena itu penting sekali mengerti secukupnya ilmu ini, agar terjadi pemahaman agama yang lebih seimbang dan menjadikannya benteng ketauhidan. Pada khususnya masa kita sekarang yang dipenuhi dengan perang ideologi serta diskusi-diskusi al-Aqo’idi yang banyak menjurus kepada kepahaman kita terhadap ketauhidan.

Wednesday, November 9, 2011

Meneladani Syaikh Thaha Hibisyi

Lelaki tua itu masih tegak berdiri. Tongkat di depannya digenggam kuat-kuat. Suaranya melengking, penuh semangat. Taburan uban putih yang mengelilingi rambutnya tidak menghalangi semangatnya untuk terus menyeru. “Inilah Al-Quran kalian. Bawalah Al-Quran ini ke negeri kalian ketika kalian pulang nanti.” Suaranya mulai parau. Tetesan bening hampir jatuh dari pelupuk matanya. Tapi dia cegah. Kedua tangannya dengan cepat menghapus butiran bening itu sebelum jatuh membasahi pipinya yang tampak sudah kendur.

Sunday, November 6, 2011

Saat Sains Mengutuk Agama

Prolog / Masalah
Dalam edisi Ahad (20/2) kemarin, Koran Tempo memuat sebuah artikel yang menegaskan bahwa semestinya, agama tidak mencampuri sains. Tidak saja karena ia berbeda, tapi kedua entitas ini saling bertentangan. Iones Rakhmat menuliskan, “Sains modern lahir bukan dari kegiatan mengkaji kitab suci apa pun, melainkan dari eksperimentasi, dari observasi atas segala fenomena alam, dan dari kegiatan berpikir yang logis, mendasar, runtut, analitis, konsisten, dan koheren. Kitab-kitab suci disusun berdasarkan suatu iman kepada keberadaan makhluk-makhluk adikodrati (Allah, misalnya), tanpa suatu bukti empiris apa pun yang membenarkan klaim imaniah ini.”

Saturday, November 5, 2011

Prinsip Tauhid dalam Berilmu

Sebagaimana jamak diketahui, umat Islam sekarang sedang berusaha untuk memajukan peradabannya. Dr. Muhammad Imarah menyebutkan dua kategori dalam proyek kebangkitan Islam ini, pertama mereka yang memulai dari politik, seperti Jamaluddin al-Afghani.  Sementara golongan kedua berangkat dari pendidikan, seperti Muhammad Abduh.

Suatu ketika Dr. Mahmud Husein, dosen filsafat Eropa, dalam perkuliahan menyampaikan bahwa ilmu kalam dan filsafat hanya menggunakan otak/akal, tapi tidak menyentuh qalb. Ibarat burung, akal atau rasio hanyalah satu sayap manusia. Satu sayap lain adalah qalb/hati atau nilai-nilai spiritualitas. Karena itu, untuk bisa terbang, manusia harus menggunakan keduanya.